Posted : 19 Sep 2020
Category :
Baca Juga : «

Siapa yang Tak Tahu Lantai Kayu Jati saat ini? Semua kalangan baik muda – tua, dan semua golongan masyarakat mengetahui jenis kayu ini. Kayu yang sangat sarat dengan Pulau Jawa dan menjadi kebangaan Bangsa Indonesia, karena namanya telah mengharumkan sampai ke dunia international.

Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku (തേക്ക്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.

jenis pohon jati – info tata cara tanam pohon
Hutan Jati

Jati tidak hanya milik Indonesia saja, namun sudah menjadi milik asian karena pesebarannya yang merata. Namun karakteristik kayu Jati Indonesia lebih menonjol karena di dukung oleh 2 musim yang dimiliki Indonesia, sehingga sebagai Hutan Indonesia tidak salah bahwa Kualitas Kayu – Kayu terbaik ada di Indonesia.

Sejarah Tentang Hutan Jati Di Indonesia

Sebagai jenis hutan paling luas di Pulau Jawa, hutan jati memiliki nilai ekonomis, ekologis, dan sosial yang penting. Kayu jati jawa telah dimanfaatkan sejak zaman Kerajaan Majapahit. Jati terutama dipakai untuk membangun rumah dan alat pertanian seperti mebel jati minimalis. Sampai dengan masa Perang Dunia Kedua, orang Jawa pada umumnya hanya mengenal kayu jati sebagai bahan bangunan. Kayu-kayu bukan jati disebut ‘kayu tahun’. Artinya, kayu yang keawetannya untuk beberapa tahun saja.

hutan%20jati%20VOC.jpg
Jati Sudah Terkenal sejak dahulu

Jati Menjadi Pilihan sejak jaman VOC

Selain itu, jati digunakan dalam membangun kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang. Beberapa daerah yang berdekatan dengan hutan jati di pantai utara Jawa pun pernah menjadi pusat galangan kapal, seperti mebel jati pasuruan, Tegal, Juwana, Tuban, dan Pasuruan.

Namun, galang kapal terbesar dan paling kenal berada di Jepara dan Rembang, sebagaimana dicatat oleh petualang Tomé Pires pada awal abad ke-16. VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) bahkan sedemikian tertarik pada “emas hijau” ini hingga berkeras mendirikan loji pertama mereka di Pulau Jawa, tepatnya di Jepara pada 1651.

VOC juga memperjuangkan izin berdagang jati melalui Semarang, Jepara, dan Surabaya. Ini karena mereka menganggap perdagangan jati akan jauh lebih menguntungkan daripada perdagangan rempah-rempah dunia yang saat itu sedang mencapai puncak keemasannya.

Lantai Kayu Jati
Kerja Paksa Demi Kayu Jati

Kerja Paksa Blandong demi Kayu Jati

Di pertengahan abad ke-18, VOC telah mampu menebang gambar jati secara lebih modern. Dan, sebagai imbalan bantuan militer mereka kepada Kerajaan Mataram di awal abad ke-19, VOC juga diberikan izin untuk menebang lahan hutan Lantai Kayu jati asli yang luas.

VOC lantas mewajibkan para pemuka bumiputera untuk menyerahkan jati kepada mereka dalam jumlah tertentu yang besar. Melalui sistem blandong, para pemuka bumiputera ini membebankan penebangan kepada rakyat di sekitar hutan.

Sebagai imbalannya, rakyat dibebaskan dari kewajiban pajak lain. Jadi, sistem blandong tersebut merupakan sebentuk kerja paksa.VOC kemudian memboyong pulang gelondongan mebel jati jepara jawa ke Amsterdam dan Rotterdam. Kedua kota pelabuhan terakhir ini pun berkembang menjadi pusat-pusat industri kapal kelas dunia.

Di pantai utara Jawa sendiri, galangan-galangan kapal Jepara dan Rembang tetap sibuk hingga pertengahan abad ke-19. Mereka gulung tikar hanya setelah banyak pengusaha perkapalan keturunan Arab lebih memilih tinggal di Surabaya.

Lagi pula, saat itu kapal lebih banyak dibuat dari logam dan tidak banyak bergantung pada bahan kayu.Namun, pasca kemerdekaan negeri ini, mebel jati blora jawa masih sangat menguntungkan. Produksi jati selama periode emas 1984-1988 mencapai 800.000 m3/tahun.

Ekspor kayu gelondongan jati pada 1989 mencapai 46.000 m3, dengan harga jual dasar 640 USD/m3.Pada 1990, ekspor gelondongan jati dilarang oleh pemerintah karena kebutuhan industri kehutanan di dalam negeri yang melonjak.

Sekalipun demikian, Perhutani mencatat bahwa sekitar 80% pendapatan mereka dari penjualan semua jenis kayu pada 1999 berasal dari penjualan gelondongan jati di dalam negeri.

Pada masa yang sama, sekitar 89% pendapatan Perhutani dari ekspor produk Lantai kayu Jati berasal dari produk mebel jati jepara minimalis, terutama yang berbentuk garden furniture (mebel taman), dan Lantai Kayu Jati

Lantai Kayu Jati Saat ini

Lantai kayu Jati adalah semua produk dibuat dari kayu Jati yang dirancang untuk dijadikan penutup lantai, baik secara struktural atau estetika.Kayu adalah pilihan umum sebagai bahan lantai disebabkan oleh elastisitas dan fleksibilitas.

Engineering Flooring Series - Parket Lantai Kayu — Courtina | Courtina
Lantai Kayu Jati

Lantai Kayu Jati adalah bentuk Lantai kayu yang netral dan bisa menjadi jawaban kebutuhan anda. Warna coklat yang tenang dan corak hitam sebagai serat minyak yang menyapu serat-seratnya menjadi pertunjukkan kemewahan yang bisa diberikan Jati untuk penggunanya.

Baca Juga : »